Artikel
Mengapa Psikiater Perlu Melakukan Psikoterapi?

Mengapa Psikiater Perlu Melakukan Psikoterapi?

Oleh : Administrator Tanggal Posting : 18 Juni 2023

Bagaimana menjawab dengan singkat, padat isi? Karena psikiater itu dokter yang lingkup upaya utamanya mengatasi psikopatologi. Kondisi psikopatologis bisa menampilkan serbaneka simtom dan dampak yang kompleks. Kendati demikian, hakikat psikopatologi adalah keterhambatan perkembangan struktural pada bagian systema nervorum centrale, berupa keterhalangan parcellation atas struktur desendens dan struktur asendens yang memadukan cortex orbitofrontalis dextra dan systema limbicum. Keadaan ini berakibat kesulitan insan beradaptasi psikis, sosial, dan environmental, yang menganak-pinakkan gejala dan dampak.

Readmore »
Psikoterapi itu Bernegosiasi

Psikoterapi itu Bernegosiasi

Oleh : Administrator Tanggal Posting : 14 Juni 2023

Seorang pasien perempuan berumur awal tiga puluhan tahun yang menjalani long-term psychotherapy, pernah mengalami masa sulit ditandai disregulasi afek yang volatile dan parah. Lebih dari satu setengah tahun ia berada dalam masa melukai diri berulang. Dia mengatakan hal absurd, bahwa melukai diri adalah demi mengatasi perbuncahan rasa sakit yang berat. Aliansi terapeutik dengan terapis perlahan dapat memberikan pengalaman tenang dan percaya yang akumulatif, walaupun naik-turun tetapi kian condong mengantar dia untuk memiliki a new way of being and relating: hidup dapat dijalani dengan cukup mantap, relasi cukup dapat memberikan rasa diri bermakna, dan pengharapan yang baik bukanlah kesia-siaan melainkan sebuah perkembangan rasa percaya.

Readmore »
Epistemologi Psikoterapi

Epistemologi Psikoterapi

Oleh : Administrator Tanggal Posting : 03 Juni 2023

Mengapa psikoterapi selayaknya memerhatikan pengaruh-pengaruh yang dihasilkannya terhadap hemisferium kanan, tidak terutama terhadap belahan otak kiri? Karena perjalanan perkembangan psike bersifat epigenetik: peristiwa-peristiwa terawal, pengalaman-pengalaman yang  primitive, atau archaic, melandasi perkembangan berikutnya yang ditambahkan kepadanya; kondisi genetik mewarnai keadaan psikis, berkembang kemudian karena penambahan-penambahan peristiwa sesudah kelahiran, selama pengasuhan awal, lalu sepanjang masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan seterusnya. Bentangan perspektif demikian ini, sungguh menempatkan otak kanan pada bagian fundamental, karena faktanya sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dan menjalani kehidupannya sampai berusia dua tahun, bagian dari systema nervorum centrale yang bertumbuh kembang pesat dan berperan dominan adalah hemisferium kanan. Growth spurt belahan otak kiri dan peran pentingnya baru berlangsung sejak anak berumur seputar dua tahun.

Readmore »
Menghampiri Psike Dari Dalam

Menghampiri Psike Dari Dalam

Oleh : Administrator Tanggal Posting : 03 Juni 2023

Ketika pada 1971 Heinz Kohut menerangkan pengalamannya membantu pasien dengan memahaminya secara introspektif, memahami “dari dalam sang pasien”, para psikoanalis dan psikoterapis pada masa itu mengandalkan imajinasi mereka buat memahami penjelasan yang sulit itu. Kendati terasa esoteris, tetapi uraian Kohut terhayati sebagai sesuatu yang menyegarkan di tengah derasnya pengaruh pemikiran Cartesian yang “menaruh objek yang dipelajari (termasuk manusia) di hadapan sang peneliti yang berjarak darinya”. Paradigma Renatus Cartesius ini (juga disebut René Descartes, dalam konteks Prancis), mengajak pembelajar justru menyaksikan objek (yang diteliti) dari luar, bahkan mengambil jarak darinya, demi objektivitas.

Readmore »
Catatan dari Diskusi Kasus Seksi Psikoterapi 18 Mei 2023

Catatan dari Diskusi Kasus Seksi Psikoterapi 18 Mei 2023

Oleh : Administrator Tanggal Posting : 24 Mei 2023

Manusia membutuhkan liyan (others) yang rela sejalan dengannya. “Diri”, ego, dan self, masing-masing terkait dengan periode kesejarahannya sendiri, tidak serta merta mengusung gagasan yang sama. Namun ketiga-tiganya mewakili suatu perasaan atau penghayatan pada manusia, bahwa ia ada. Rasa “ada” ini disertai rasa “punya kuasa, dapat mengontrol”, betapapun nisbinya. Carolyn Ellman dan Joseph Reppen, dalam Fantasies and the Vulnerable Self (1997), membahas betapa keberadaan manusia tidak lepas dari fantasies of omnipotence, mimpi serba berkuasa, yang ia perlukan karena sejak lahir tak berdaya dan mengalami bergantung pada pihak lain untuk dapat melanjutkan kehidupan. Tindakan berulang melukai tubuh secara terbatas, yang dilakukan oleh seorang perempuan yang meminta bantuan psikiater, dapat menjadi penggelaran pengalaman “diriku ada, punya kuasa atas diri sendiri”, yang diperlukan untuk sejenak menepis derita dari “diriku tiada dan semuanya hanya hampa”.

Readmore »
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |