Posted by Admin

Pertemuan Ilmiah Joglosemar Sukses



Pertemuan Ilmiah Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Regional DIY-Solo-Semarang (Joglosemar) bersama Seksi Elektrofisiologi dan neuroimaging; Seksi Reliji Spiritualitas dan Psikiatri; serta Kelompok Studi Kesehatan Jiwa Haji telah berlangsung pada 25-26 Juli 2025 di Hotel Patra Semarang. Kegiatan ini sangat menarik karena mengangkat tema Comprehensive and Holistic Approach: Religion/Spiritual and Electrophysiology.

Pendekatan yang komprehensif dan holistik antara agama/spiritualitas dengan elektrofisiologi, merupakan sebuah terobosan yang sangat relevan dalam dunia kesehatan jiwa saat ini. Dengan menggabungkan ilmu pengetahuan modern tentang fungsi otak dengan
dimensi spiritual manusia, kita berharap dapat menemukan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas kesehatan jiwa manusia.

 

Integrasi spiritualitas dalam pendekatan psikiatri sebenarnya telah lama ada, namun kini semakin diakui dan diperkuat oleh landasan ilmiah dalam praktik kedokteran jiwa berbasis bukti (evidence-based psychiatry). Temuan penelitian mengungkap bahwa spiritualitas tidak hanya menjadi faktor pelindung dari depresi, kecemasan, dan pikiran untuk mengakhiri hidup, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan pasien secara holistik (Koenig, 2012; Moreira-Almeida & Koenig, 2006).

Sebanyak 345 peserta simposium hadir dari berbagai daerah Indonesia. Dan 124 peserta mengikuti 4 Workshop berbeda. Terdapat 55 Pembicara Nasional, sedangkan Pembicara Internasional ada 3 yaitu Santiago Brand Ortiz, BCN, BCB, HRV, QEEG-D, juga Prof. Dr. Abdul Wahab bin Abdul Rahma serta Dr. Khairi Che Mat.

 

Prof. dr. Andi Jayalangkara Tanra Sp.KJ Ph.D mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan modern tentang otak dan agama/spiritualitas dapat saling melengkapi untuk mencapai kesejahteraan hidup yang lebih utuh. Menurut ketua umum PP PDSKJI ini, otak kita seperti sebuah lautan yang luas. Di dalamnya terdapat berbagai macam gelombang pikiran, perasaan, dan emosi. Dengan menggunakan alat elektrofisiologi, kita dapat mengamati gelombang-gelombang tersebut. Namun, untuk memahami makna di balik gelombang-gelombang itu, kita juga membutuhkan lensa spiritualitas sehingga lebih utuh memahami. Di era modern ini, psikiater tidak hanya dituntut menguasai aspek medis dan psikososial, tetapi juga perlu menjadi fasilitator yang mengharmonisasikan kesehatan mental dengan kebutuhan spiritual pasien. Terlebih di Indonesia yang masyarakatnya menjunjung tinggi nilai-nilai religius, pendekatan yang sensitif terhadap spiritualitas menjadi kunci keberhasilan perawatan (SIZ)

Back To Berita »