Posted by Administrator | Kategori: Psikoterapi

Psikoterapi Otak Kanan (Part 1)

Teori perpautan hari kini, contemporary attachment theory, adalah penjelasan tentang bagaimana regulasi afek berlangsung pada bayi atau anak dalam relasi psikobiologis nonverbal, emosional, intersubjektif, implisit atau nirsadar, dengan pengasuh utamanya. Proses-proses di sana berlangsung dalam time frames atau hitungan waktu antara satu per ribuan detik hingga tiga detik. Begitu cepat, nirsadar. Relasi perpautan ini melibatkan hemisferium kanan ibu dan anak, bukan relasi left brain-to-left brain yang bertitik berat kognitif dan mengandalkan komunikasi verbal. Demikian inilah ringkasan simpulan dari rangkaian studi eksperimental dan studi pustaka yang luas, yang antara lain dilakukan oleh Allan Schore, dkk., setidak-tidaknya sejak tahun 1994 (Schore, 2022). Neuropsikoanalis dari UCLA Los Angeles itu membedakan teori attachment kontemporer dan teori perpautan klasik yang baginya terhayati lebih bertitik berat pada gagasan relasional kognitif dan eksplisit. Schore memaknai psikoterapi, baik yang bertujuan mengurangi simtom maupun yang mencita-citakan peningkatan pertumbuhkembangan pribadi, sebagai replikasi attachment relationships bayi atau anak dengan pengasuh utama, terutama ibu, yang berlangsung dalam kurun tiga tahun pertama kehidupan, ketika fungsi otak terutama dilaksanakan oleh otak kanan yang menyelenggarakan relasi yang nonverbal, afektif, psikobiologis, intersubjektif, dan implisit. Bukan terutama dilangsungkan oleh otak kiri yang dalam kenyataannya baru memulai peran signifikannya sejak tahun ketiga kehidupan. Psikoterapi itu terutama adalah relasi verbal demi mencapai relasi nonverbal emosional implisit intersubjektif. Ia berhakikatkan right brain-to-right brain relationship. Maka semua psikoterapi, yang mengejawantahkan metode apa pun yang baik dan efektif, pada dasarnya dapat disebut sebagai psikoterapi otak kanan.

Begitu mendalamnya hubungan antarinsan dalam psikoterapi. Olok-olok yang membeberkan betapa psikoterapi itu “hanya omong-omong belaka”, yang “tidak menghasilkan perubahan apa-apa”, memang ada benarnya, dalam arti: sebenarnya dalam psikoterapi sungguh berlangsung percakapan verbal, tetapi komunikasi kata tersebut hanyalah sebuah jalan untuk memasuki relasionalitas emosional mendalam yang justru nirkata dan berbasis psikobiologis, bersifat implisit atau nirsadar dan intersubjektif. Omong-omong itu ada dan diperlukan dalam psikoterapi; kendati demikian, yang terutama berlangsung dalam psikoterapi adalah pertautan emosional yang nirkata, yang memungkinkan terapis berpengaruh melerai afek pasien yang mencederai, dan memengaruhi cara pasien dalam menjalani kehidupan dan relasi, affecting the patient’s way of being and relating. Kedua tujuan pokok psikoterapi ini tidak dapat dicapai hanya dengan bicara dan meraih pengetahuan. Tidak pula bisa diraih sekadar dengan memberikan nasihat atau pendapat, betapapun bijak dan baiknya mereka.

Pada taraf pembelajaran yang mendasar, bagaimana right brain-to-right brain communication dapat diejawantahkan? Dengan berlatih secara sungguh-sungguh dan tersupervisi untuk melaksanakan fungsi-fungsi hemisferium kanan yang hingga kini sudah dapat diperinci secara ilmiah. Fungsi-fungsi itu adalah mendengarkan secara evenly suspended, menerima dengan lega dan menghargai (realizing an unconditional positive regard), berempati (understanding empathically), memerhatikan dan mengapresiasi ekspresi-ekspresi nirkata sebagaimana dipancarkan melalui suara (auditory prosodic expressions), melalui wajah dan berbagai penampakan tubuh yang dapat dilihat (visual facial expressions), dan lewat berbagai pengalaman yang dapat dirasakan secara badaniah di tengah berlangsungnya relasi otak kanan dan otak kanan (tactile gestural expressions), serta berbagai cara lain untuk menjalani relasi, yang semuanya dapat dipelajari dan dibiasakan untuk mereka yang ingin menumbuhkembangkan kapabilitas psikoterapeutik. Secara luas fungsi-fungsi itu disebut “faktor-faktor terapeutik umum” atau common therapeutic factors. Dalam kuliah-kuliah dan tulisan-tulisannya, Cesar Alfonso menerangkan faktor-faktor itu dalam naungan tema commonalities among psychotherapeutic approaches.Dalam disertasi penulis pada tahun 2007, antara lain ikut dibuktikan melalui studi berancangan randomized controlled trial,bahwa dalam psikoterapi penerapan faktor-faktor umum ini sudah membuahkan perubahan terapeutik sebelum faktor-faktor terapeutik khusus (specific therapeutic factors) diejawantahkan.

Psikoterapi adalah modalitas yang dapat dipelajari dengan ontologi dan epistemologi yang jelas. Psikiatri bisa kian dekat dengan psikoterapi, kendati tetap dekat pula dengan farmakoterapi dan aneka pendekatan terapi biologis serta terapi sosial kultural. Dapat pula berkembang “psikiatri jalan ketiga”, the third way psychiatry, psikiatri multimodal yang secara seimbang mengejawantahkan psikoterapi, terapi biologis, dan terapi sosial kultural.